Hujan tidak mendengarkan siapapun


Hari ini aku menikmati rintik hujan. Tetes airnya pecah ketika menyentuh aspal. Suaranya beradu dengan mesin kendaraan. Bodohnya aku, lupa pada indahnya setiap tetes kehidupan.

Aku memilih berhenti di bawah naungan gubuk beratap sederhana. Tidak ada salahnya untuk menunggu, tidak perlu terlalu lama, itu janji pada diriku sendiri.

"Hujan berhentilah, aku mau pulang," terdengar seorang anak bersuara menirukan ibunya.

Tapi hujan tidak berhenti, anak itu mengulang kalimat itu lagi. Kini lebih nyaring bersama kakak lelakinya.

Tapi sekali lagi hujan tidak kunjung mendengarkan permohonan siapapun.***