Pemandangan dari balkon
Sumber: Doc. Pribadi


Waktu tidak pernah berjalan mundur. Tampaknya hal ini akan berjalan demikian, bahkan hingga saya mati.

Hari ini, saya berdiri di balkon kosong, menunggu seseorang yang katanya akan pergi ke suatu tempat di waktu yang sama. 

Namun, dia telah pergi terlebih dahulu dan saya tahu, saya tidak bisa membalikkan waktu untuk bersama.

Dalam rasa kesal yang luar biasa, saya memilih memejamkan mata, merasakan semilir angin dan mendengar suara kendaraan berlalu lalang.

Jauh di depan sana, tampak  mahasiswa perkumpulan silat sedang bercengkerama.

Beberapa di antaranya sibuk memasak di teras kontrakan. Aktivitasnya terlihat menyenangkan dan penuh kehidupan.

Sedang saya hanya memandang mereka dalam kesendirian.

Lambat laun ingatan di masa lalu kembali datang. Dahulu, saya pernah seperti mereka, menjadi mahasiswa bahagia dengan banyak teman yang mempunyai warna berbeda.

Namun kini, saya hanya sendirian. Ada kenyataan yang harus dipikul, yakni perjalanan hidup yang campur antara pahit dan manis.

Memang benar, sampai kapan pun waktu tidak berjalan mundur. Namun seseorang yang saya tunggu tetap dapat memilih mundur, tapi tidak bersama waktu.

Dia kembali menemui saya hingga saya tidak sendirian di balkon ini.***