Rrr
Perjalanan ke Gua Tritis/Doc. Pribadi

"Jika A bisa menaiki bukit, kenapa saya tidak bisa melakukannya?"

Pertanyaan tersebut termasuk salah satu hal konyol yang membuat sakit kepala. Pasalnya setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda.

Sebelumnya saya benar-benar merasa tidak adil saat seseorang dapat berada di posisi yang baik. Sedangkan saya tidak bisa mendapatkannya.

Jika diibaratkan dia sedang mencoba untuk naik ke gunung yang tinggi. Sedangkan saya mungkin hanya sanggup mendaki bukit dengan usaha sendiri.

Tampaknya hal ini tidak sekedar perumpamaan biasa. Namun, juga  fakta yang mau tidak mau harus membuat saya berlapang dada.

Saya ingat, sebelumnya beberapa orang pernah menawarkan saya untuk ikut mendaki gunung-gunung yang tinggi. Akan tetapi, saya tidak ingin serakah dan memaksakan diri sama sekali. Jadi, saya menolaknya dengan berbagai alasan yang benar-benar masuk akal.

Namun, dengan bangga saya tetap pamer beberapa kali dengan foto-foto yang estetik, seolah-olah saya berkata juga  mampu mencapai tempat-tempat yang tinggi. Padahal tempat itu benar-benar tidak tinggi untuk orang lain. Akan tetapi, tidak apa-apa.

Tampaknya tempat tertinggi yang pernah saya daki hanya lereng Pegunungan Wilis. Itu pun dengan ketinggian kurang dari 1.500 meter. Akan tetapi, saya tidak benar-benar mendakinya karena lebih dari separuh perjalanan dapat terakses memakai motor.

Kemudian saya juga pernah naik ke bukit yang namanya salah kaprah disebut gunung di sebuah Kota Marmer. Saat itu saya benar-benar bangga, sebab orang seperti saya ternyata berhasil mendaki dengan hati-hati.

Tentu saja, saya mendaki bukit-bukit itu bersama orang-orang yang baik. Mereka entah bagaimana dengan sabar berjalan di samping saya, menunggu saya menghela napas dan umumnya rela meluangkan waktu dua kali lipat lebih banyak.

Oleh karena itu, saya tahu tidak harus mendaki dengan sembarang orang. Apalagi jika orang-orang itu tidak berniat mengulurkan tangannya  di tempat-tempat tersebut, khususnya dengan jantung yang saya miliki.

Jadi, saya benar-benar bertekad untuk tidak mendaki ke gunung-gunung tinggi sampai kapan pun juga. Pasalnya saya telah memiliki banyak bukit yang penuh batu dan pohon-pohon tua.

Bukit ini adalah salah satu tempat  indah yang bisa saya capai dengan kekuatan sendiri. Tampaknya saya hanya perlu melihatnya dengan seksama dan duduk di atasnya, bahkan saya juga dapat melihat gunung-gunung lain dengan orang-orang hebat di atasnya.

Menurut saya semua itu adalah pemandangan yang benar-benar indah untuk saat ini.

Alhasil, saya tidak harus memaksakan diri dengan bertaruh nyawa. Puncak itu memang untuk mereka, sedangkan bukit ini adalah untuk saya.

Meski bukan tempat yang paling tinggi di dunia, tetapi siapa pun dapat datang untuk menikmati apa yang saya punya. Mereka juga tidak harus bersusah payah untuk datang menemui saya. Pasalnya sampai kapan pun bukit ini adalah tempat yang tidak pernah terlalu tinggi untuk siapa pun.