Aku minta maaf
Sumber: weheartit.com

Kamu mungkin bangun di sepertiga malam untuk meminta kebaikan pada orang-orang di bumi.

Mungkin kamu juga membuka sebuah kitab sakral untuk memperkuat ingatanmu, lalu bersyukur dalam-dalam karena Tuhan masih mengizinkanmu.

Kemudian gawaimu bergetar, "Selamat ulang tahun," demikian pesan itu tertulis.

Kemudian lusinan pesan-pesan lain berdatangan dari mereka yang menawarkan banyak kasih sayang padamu.

Kemudian kamu akan keluar di siang hari setelah sibuk dengan urusan seorang perempuan, menaiki motor yang masih terngiang dalam ingatanku, dan kemudian mengais ilmu di tempat-tempat yang berbeda.

Lalu kamu sibuk berbisnis.

Lalu sibuk menemui Tuhan.

Lalu kembali pada urusan dunia yang fana.

Mungkin kamu memeriksa gawaimu beberapa kali, lagi, untuk melihat lusinan pesan yang belum kaubalas, tapi sama sekali bukan dariku.

Mungkin hatimu tersayat dan aku benar-benar demikian.

Mungkin kamu menungguku seperti seekor kucing.

Aku pun khawatir dengan hal ini.

Malam pun telah merengkuh ragamu di hari yang menandai kedekatan kematianmu.

Kamu terpaksa pulang dengan lusinan kue setelah kawanmu merayakan kecil-kecilan.

Mungkin kamu memeriksa gawaimu lagi, menolak sekali saja menyerah untuk sahabat lamamu yang tenggelam.

Tapi detik jam menunjukkan pukul sebelas.

Akhirnya kamu menyerah.

Sampai waktu berubah hari.

Akhirnya kamu kecewa.

Sebenarnya kamu tidak sendirian.

Kecewamu, juga kecewa yang sama pada diriku sendiri.

Aku tidak bisa memberi hadiah, tapi aku bisa menulis di hari ulang tahunmu.

Mungkin kamu tidak tahu, tapi aku tetap kecewa karena aku masih tenggelam saja.

Kamu yang sudah di tangga-tangga itu, membuatku sulit merangkak.

Tapi aku terus bergerak.

Mungkin kamu masih berpikir baik tentangku, tapi aku tidak pernah sebaik itu.

Kamu masih mengirim beberapa pesan, tapi aku tidak pernah membalasnya.

Ini karena aku memang tidak sebaik itu.