Prasasti Kebun Karet Mboso
Sumber: Dokumentasi Asta Gayatri

Prasasti Kebun Karet Mboso merupakan satu dari sekian prasasti di lereng Gunung Wilis. Secara administrasi, Prasasti Kebun Karet Mboso terletak di Desa Picisan, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Di masa lalu, Kebun Karet Mboso berada di Hutan Mboso yang termasuk dalam Distrik Kalangbret di zaman Belanda. Prasasti ini berada di tepi sungai yang hanya dapat diakses dengan berjalan kaki. Pengunjung harus memarkir kendaraan di tepi jalan -- mobil sangat tidak dianjurkan -- lalu menuruni lereng yang penuh belukar untuk mencapai sungai yang membatasi Tulungagung dan Kediri. Perlu diketahui, tidak ada papan petunjuk atau jalan setapak yang membelah Hutan Mboso sebagai indikator adanya situs arkeologi yang dinaungi pemerintah. Oleh karena itu, pemandu sangat dibutuhkan untuk mengunjungi prasasti yang tersembunyi di Kebun Karet Mboso.

Prasasti tertimbun longsor
Sumber: doc. pribadi

Setelah melalui anak sungai yang dihubungkan dua batang kayu sebagai jembatan, sebuah prasasti yang tertimbun longsor segera menyambut pengunjung untuk berdecak miris. Prasasti ini berupa batu biasa -- bagian penting prasasti telah tertimbun longsor -- yang hanya menyisakan bagian lain yang samar-samar ditulis memakai tinta putih, "Jagalah bersama. Jangan Lupa." Kurang lebih demikian tulisan yang dapat terbaca. Sedangkan isi prasasti ini belum diketahui.

Pagar pelindung Prasasti Kebun Karet Mboso
Sumber: Dokumentasi Asta Gayatri

Prasasti lain, yakni Prasasti Kebun Karet Mboso tampak menunggu di bawah, tepatnya di tepi sungai utama. Prasasti ini dikelilingi semacam pagar yang dibangun tahun 2012 sebagai tanda adanya sebuah situs arkeologi sekaligus sebagai pelindung longsor. Namun, tanaman merambat -- mungkin selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun -- dibiarkan menutup sebagian pagar pelindung. Setidaknya, Prasasti Kebun Karet Mboso tetap terjaga, tidak senasib dengan saudaranya yang telah tertimbun longsor.

Aksara Jawa kuno pada Prasasti Kebun Karet Mboso
Sumber: Dokumentasi Asta Gayatri

Prasasti Kebun Karet Mboso adalah prasasti yang ditulis memakai model huruf kuadrat. Ciri huruf ini ialah timbul dan seolah berbentuk kubus. Model huruf kuadrat sering dikaitkan dengan masa Kerajaan Kediri dan Singasari, meski aksara kuadrat juga ditemukan di masa kerajaan-kerajaan yang jauh lebih tua. Prasasti ini terbaca "jatyahatrama." Menurut salah satu anggota Komunitas Asta Gayatri bernama Ady, kalimat ini terdiri atas tiga kata. Pertama adalah "jatya" yang berarti jujur, kedua kata "hat" berarti peduli, dan ketiga adalah "rama" yang dapat diartikan sebagai guru, pemimpin suatu wilayah, seseorang yang dihormati, atau orang tua. Secara garis besar dapat diartikan "kejujuran dan kepedulian untuk sang ketua." Meskipun masih bersifat multitafsir, namun dapat disimpulkan bahwa Prasasti Kebun Karet Mboso dibuat untuk menghormati suatu tokoh yaitu seseorang yang disebut sebagai rama.

Akses Prasasti Kebun Karet Mboso
Sumber: Dokumentasi Asta Gayatri

Tidak hanya Prasasti Kebun Karet Mboso,  di lokasi yang berdekatan juga ditemukan jejak arkeologi lainnya, yakni prasasti  berangka tahun 1059 Saka, watu wayang, batu-batu lumpang, dan Situs Tulungrejo. Menurut keterangan, di lereng Kebun Karet Mboso pernah ditemukan struktur batu yang kini telah tertimbun. Batuan ini tampak menyerupai jalan dan batu-batu lain disusun menyerupai struktur bangunan asrama. Jejak-jejak arkeologis ini mungkin memiliki keterkaitan satu sama lain atau tidak sama sekali.

Jembatan di anak sungai
Sumber: Dokumentasi Asta Gayatri

Jika menilik dari isi Prasasti Kebun Karet Mboso -- yang mana kata rama dapat diartikan sebagai guru atau pemimpin -- mungkin hutan ini adalah sebuah asrama (karesian) atau dapat pula sebagai sebuah pemukiman. Pendapat lain menguatkan bahwa Prasasti Kebun Karet Mboso menandai adanya pemukiman yang hancur karena bencana geologi di masa lalu. Hal ini dapat dilihat dari struktur bangunan yang rusak, kebun karet yang didominasi tumbuhan baru, lokasi yang berada di tepi sungai, model huruf kuadrat yang notabene adalah sebuah tren tulisan di masa lalu, dan sebagai jawaban atas  dibuatnya Situs Tulungrejo  yang diduga sebagai pendharmaan Ratu Suhita.

Komunitas Asta Gayatri
Sumber: Dokumentasi Asta Gayatri

Namun, semua ini hanya sebuah teori. Prasasti Kebun Karet Mboso masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dan, penelitian dapat dilakukan jika jejak-jejak arkeologi terjaga kelestariannya oleh pemerintah dan masyarakat.

Sumber: Diskusi Komunitas Asta Gayatri dalam Jelajah Situs #2