Buku Kakawin Nagarakertagama: Teks dan Terjemahan Karya Mpu Prapanca Sumber: doc. pribadi |
"Nagarakertagama bukan sekadar karya biasa. Keluarbiasaan Nagarakertagama terletak pada isi yang berupa laporan nyata tentang keadaan Majapahit saat itu. Banyak pakar sependapat bahwa Nagarakertagama merupakan karya jurnalistik pertama di Indonesia. Pendapat ini disimpulkan mengingat ciri utama karya jurnalistik telah terpenuhi dalam Nagarakertagama, yakni adanya peristiwa atau fakta yang dikomunikasikan dan mampu menarik perhatian orang karena keaktualannya. Dalam mencari data Prapanca menggunakan metode pengamatan dan wawancara dengan seorang tokoh pendeta." Demikian tulisan Djulianto Susantio sebagai Anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia dalam sampul belakang Kakawin Nagarakertagama: Teks dan Terjemahan Karya Mpu Prapanca yang diterbitkan oleh Penerbit Narasi pada tahun 2016. Terlepas dari hal itu, buku ini banyak menguak fakta tentang masa pemerintahan Hayam Wuruk. I Agustirto Surayuda juga menuliskan sebuah pengantar sederhana yang akan membuat pembaca lebih memahami sejarah Kerajaan Majapahit.
Nagarakertagama adalah sebuah kakawin yang menceritakan masa pemerintahan Hayam Wuruk. Kakawin ini ditemukan pertama kali di Pulau Lombok pada tahun 1894. Setidaknya terdiri atas 96 pupuh. Sedangkan judul asli kakawin Nagarakertagama adalah Desawarnana yang berarti pelukisan daerah-daerah. Secara keseluruhan, jika pembaca yang awam sejarah hanya membaca teks terjemahan yang diterjemahkan oleh Damaika dkk ini, pembaca akan merasa kesulitan memahami isi kakawin Nagarakertagama. Kakawin ini disusun dengan banyak istilah, misalnya Majapahit setidaknya mempunyai lebih dari tiga julukan.
Kembali pada ungkapan bahwa kakawin ini adalah sebuah karya jurnalistik, mungkin tidak sepenuhnya benar. Pada pupuh 50 sampai pupuh 54, diceritakan cerita fabel tentang hewan-hewan yang melakukan pertemuan di tengah hutan karena Hayam Wuruk sedang berburu. Selain menceritakan daerah-daerah yang dilalui Hayam Wuruk saat melakukan perjalanan, Prapanca ikut menceritakan dirinya sendiri dalam kakawin Nagarakertagama. Kakawin ini hanya menceritakan hal-hal positif dalam Kerajaan Majapahit, tanpa ikut menulis semacam kritik untuk kerajaan tersebut.
Seorang pegiat sejarah bernama Teguh F. dalam diskusi Forum Cethe Ireng berpendapat bahwa Prapanca menulis kakawin Negarakertagama untuk mendapat perhatian Hayam Wuruk agar dikembalikan ke posisi asalnya, yaitu ketua urusan agama Buddha. Kakawin atau puisi jawa kuno ini bagai sebuah karya sastra yang disusun dengan penuh kepentingan penulisnya yakni Prapanca sendiri. Teguh F. juga mengungkapkan bahwa daerah kekuasaan Majapahit yang meliputi Asia Tenggara hanya pernah disebutkan dalam kakawin Nagarakertagama tanpa ada sumber lain yang menguatkan. Oleh karena itu perlu kajian mendalam untuk memilah antara fakta dan opini dalam karya Prapanca.
0 Komentar
Tuliskan perasaan kalian disini, Busukers!