Buku Pendidikan yang Membebaskan
Sumber: slideshare.net

Paulo Freire menulis dalam bukunya yang berjudul Pendidikan yang Membebaskan bahwa ciri manusia sempurna ialah mempunyai kemampuan integrasi dengan lingkungan. Artinya manusia mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan realitas, kemampuan kritis membuat realitas, dan mengubah realitas. Integritas ini membuat manusia sebagai subjek, yang secara langsung membuat manusia berbeda dengan golongan binatang, dimana binatang sebagai objek karena hanya mempunyai kemampuan adaptasi (menyesuaikan diri dengan lingkungan).  Sayangnya pada umumnya manusia cenderung ditindas oleh berbagai mitos, menerima penafsiran dan melakukan perintah dari kaum yang berkuasa secara terus-menerus. Hal ini membuat manusia menjadi  tidak sempurna sebagaimana pemaparan Paulo sebelumnya. Manusia semacam ini dapat dikatakan mengalami penindasan. Adanya masa transisi (perubahan dari masa lampau ke masa depan) memaksa manusia untuk mengambil keputusan. Dengan adanya pendidikan, khususnya di masa transisi, manusia dapat terbebas dari penindasan dengan meningkatkan kesadaran manusia melalui keputusan yang diambil di masa transisi pada khususnya.

Paulo Freire membagai tingkat kesadaran manusia mendi dua, yaitu semiintransitif (masyarakat diam) dan transitif. Semiintransitif ditandai dengan adanya keinginan yang tertuju pada kelangsungan hidup masyarakat dan menerima hubungan sebab akibat secara magis. Sedangkan kesadaran transitif dibedakan menjadi dua yaitu transitif-naif dan transitif-kritis. Transitif-naif ditandai dengan masyarakat yang menyukai nostalgia masa lalu, emosional kuat, kerapuhan argumentasi, menyukai polemik dari pada dialog, dan lebih terbuka mengenai hal magis. Sedangkan transitif-kritis adalah tingkat kesadaran tertinggi yang ditandai dengan masyarakat yang mempunyai kematangan dalam menafsirkan masalah, keterangan magis digantikan prinsip sebab akibat, serta menolak peran pasif dan argumentasi yang kuat. Kesadaran fanatik akan tumbuh jika manusia tidak berkembang dari kesadaran transitif-naif ke transitif-kritis. Dengan demikian diperlukan pendidikan  yang akan membawa manusia ke tingkat kesadaran tertinggi yaitu transitif-kritis sehingga dapat membebaskan manusia dari penindasan.

Paulo menjelaskan pendidikan yang membebaskan setidaknya adalah pendidikan yang membuat manusia berani membicarakan dan menghadapi masalah, menilai kembali, mengajarkan melalui pengalaman (bukan verbal), teoritis, tidak menghafal, dan tidak membatasi untuk belajar. Pendidikan Paulo sangat ditekankam pada dialog, dimana terjadi komunikasi dan membentuk hubungan empati. Selain itu Paulo juga berpendapat bahwa pendidikan adalah sarana dalam pertukaran ide (bukan pendiktean ide), debat atau diskusi (bukan pemberian pelajaran atau kuliah), dan kerja bersama murid (bukan memaksakan suatu perintah pada murid).