Spidometer
Sumber: mobilmotor.co.id

Mengunjungi tempat-tempat baru dapat memperluas sudut pandang dan pengalaman. Terlebih hampir semua individu mempunyai kendaraan pribadi untuk melakukan petualangan semacam ini. Dikutip dari Beritagar, jumlah sepeda motor dan mobil penumpang naik dari 510,1 ribu unit pada 1968 menjadi 126,9 juta unit pada 2017. Sayangnya jarak menjadi faktor  penting yang memengaruhi petualangan untuk menjelajahi berbagai tempat selain tekad, fisik, dan uang.

Petualangan memakai sepeda motor
Sumber: prayogo.net

Dalam ilmu Fisika, jarak dapat diantisipasi memakai kelajuan. Dimana selang waktu terhadap suatu jarak dipersingkat memakai kelajuan yang besar. Nyatanya, jarak yang besar cenderung mengkerdilkan pikiran pembaca. Apabila dihitung secara matematis, kadang jarak bukan suatu momok yang patut dikhawatirkan.
Pemisalannya demikian, rencana petualangan dari IAIN Tulungagung ke IAIN Ponorogo diragukan karena keduanya berjarak 75 km. Jika dihitung memakai rumus Fisika,  kecepatan 60 km/jam hanya membutuhkan selang waktu  1,25 jam, artinya hanya ditempuh kurang dari 90 menit. Pemisalan lainnya untuk menuju IAIN Jember sejauh 318 km dapat ditempuh dalam waktu 5,3 jam dengan kecepatan 60 km/jam. Apabila jika kelajuan keduanya menjadi 80 km/jam maka selang waktu akan semakin singkat.

Segitiga rumus kelajuan
Sumber: segitigarumus.wordpress.com

Setiap kendaraan pribadi dilengkapi spidometer untuk mengukur kelajuan pengendara. Cukup tentukan jarak tujuan petualangan kalian memakai aplikasi Google Maps, lalu ukur selang waktu dengan rumus jarak yang dibagi kelajuan. Nilai kelajuan dapat diamati memakai spidometer secara otomatis. Dengan demikian jarak bukan suatu hambatan untuk berpetualang.