Novel Lelaki Tua dan Laut
Sumber: medium.com

Novel Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and the Sea) karya Ernest Hemingway mengantarnya mendapat Pulitzer pada 1953. Novel terbitan Kepustakaan Populer Gramedia pada tahun 2016 ini diterjemahkan Sapardi Djoko Damono. Kombinasi nama Ernest Hemingway dan Sapardi Djoko Damono di sampul depan berlatar biru muda membuat novel Lelaki Tua dan Laut mempunyai daya tarik tersendiri.

Sapardi Djoko Damono
Sumber: prelo.co.id

Kisah dimulai dari Santiago, seorang nelayan tua yang selama delapan puluh empat hari tidak mendapat seekor ikan. Dia berlayar dari Teluk Meksiko sendirian, memancing sia-sia untuk mendapat buruan. Suatu hari seekor ikan raksasa menangkap kailnya. Santiago membiarkannya menyeret perahu selama berhari-hari hingga dia merasa cukup dekat untuk menusuk jantung ikan tersebut. Saat ikan itu mati, hiu mulai berdatangan. Pada akhirnya Santiago kembali dengan hanya menyisakan tulang buruannya saja.

Ernest Hemingway
Sumber: studybreaks.com

Novel Lelaki Tua dan Laut memaksa pembaca bersabar dalam 102 halaman.  Hanya ada pergulatan batin Santiago ketika berusaha membunuh ikan yang mengenai kailnya. Segelintir klimaks yang muncul membuat novel terjemahan Ernest Hemingway ini cukup membosankan. Satu-satunya yang membuat pembaca bertekad untuk menyelesaikannya, mungkin adalah akhir cerita yang sulit ditebak. Ada suatu perasaan terenyuh ketika Hemingway menggambarkan seorang nelayan begitu kesulitan untuk mendapatkan seekor ikan. Namun di akhir cerita Hemingway memberi semacam pukulan apik bagi pembaca. Intinya kesabaran untuk membaca novel Lelaki Tua dan Laut tidak berakhir sia-sia.