Mencit
Sumber: liputan6.com

Mencit (Mus musculus) termasuk mamalia vivipar yang mengalami fertilisasi internal di kondisi normal. Fertilisasi melibatkan sperma (sel kelamin jantan) dan ovum (sel kelamin betina). Sperma diproduksi melalui proses yang disebut spermatogenesis dan ovum melalui oogenesis. Spermatogenesis terjadi di  testis tepatnya di tubulus seminiferus. Sedangkan kecepatan, baik peningkatan atau penurunan spermatogenesis dipengaruhi berbagai faktor, seperti suhu, titanium dioksida non partikel (TiO2NP), dan SOAT (sodium-dependent organic anion transporter).

Suhu Lingkungan
Dalam penelitian yang ditulis di jurnal berjudul Higher Environmental Temperatures Promote Acceleration of Spermatogenesis In Vivo in Mice (Mus musculus), diketahui peningkatan suhu mempengaruhi efisiensi spermatogenesis. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh suhu lingkungan terhadap durasi spermatogenesis (reproduksi sperma) mencit (Mus musculus). Suhu sebagai faktor spermatogenesis menyebabkan efek tertentu di berbagai komponen testis. Costa, et al. (2018) melakukan penelitian 30 mencit dewasa (yang siap melakukan reproduksi) di berbagai suhu lingkungan: 16 ͦ C, 23 ͦ C, dan 32 ͦ C. Mencit-mencit tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok berbeda. Setiap kelompok menerima suntikan intraperitoneal timidin tritiated. Kemudian secara teratur diobservasi secara histologis, morfometri, dan analisis immunoperoxidase. Hasil penelitian di suhu rendah (16 ͦ C) menunjukkan bahwa mencit tidak mengalami perubahan parameter testis, akan tetapi di suhu tinggi (32 ͦ C) terjadi peningkatan parameter, seperti meningkatnya spermatogenesis dan sel Leydig serta penurunan sel sertoli. Costa, et al. (2018) percaya penelitian mengenai mencit yang melibatkan suhu merupakan suatu pendekatan memahami mekanisme yang berkaitan fungsi testis dan spermatogenesis manusia.

Titanium Dioksida Non Partikel (TiO2 NP)
Hong dkk menulis sebuah jurnal berjudul Decreased Spermatogenesis Led to Alterations of Testis Specific Gene Expression in Male Mice Following Nano-TiO2 Exposure yang menerangkan penurunan spermatogenesis akibat paparan titanium dioksida non partikel (TiO2 NP). Hong, et al.  (2014) meneliti mencit jantan yang dinduksi intragastrik titanium dioksida non partikel (TiO2 NP) selama 6 bulan.  Hasilnya tejadi penurunan spermatogenesis, kerusakan dan perubahan ekspresi gen testis. Titanium dioksida non partikel (TiO2 NP) memiliki kemampuan migrasi ke sel-sel testis dan epidimis. Oleh karena itu terjadi penumpukan yang menyebabkan kerusakan organ-organ yang relevan, khususnya penurunan spermatogenesis dan motilitas sperma, serta meningkatnya sperma abnormal di epididimis. Perlu diketahui titanium dioksida non partikel (TiO2 NP) memiliki sifat toksik terhadap kesehatan manusia. Badan Internasional Penelitian Kanker menggolongkan senyawa ini ke golongan karsinogenik. Titanium dioksida non partikel (TiO2 NP) berkemampuan menstranslokasi spermatid, sel sertoli, dan sel Leydig yang memicu kekacauan tubulus seminiferus sehingga menyebabkan penurunan kecepatan spermatogenesis.

SOAT (Sodium-Dependent Organic Anion Transporter)
SOAT (sodium-dependent organic anion transporter) ialah transporter pengangkut steroid sulfat melalui membran plasma dan pengekspresi sel germinal testis. SOAT mengangkut steroid sulfat ke sel khusus yang diaktifkan sulfatase steroid (STS) yang selanjutnya berfungsi dalam pengaturan spermatogenesis. Gen SOAT pada manusia adalah SLC10A6 dan pada mencit yaitu SLc10a6. Pengurangan ekspresi SOAT secara signifikan menyebabkan berbagai gangguan spermatogenesis. SOAT (sodium-dependent organic anion transporter) berperan memasok steroid ke testis yang mempengaruhi kecepatan spermatogenesis. Jurnal berjudul Sodium-Dependent Organic Anion Transporter (Slc10a6−/−) Knockout Mice Show Normal Spermatogenesis and Reproduction, but Elevated Serum Levels for Cholesterol Sulfate membahas SOAT (sodium-dependent organic anion transporter). Penelitian meliputi genotip mencit (Slc10a6 ko) melalui multipleks PCR, diskriminasi alel, persiapan sampel organ mencit, persiapan RNA dan analisis ekspresi PCR kuantitatif, evaluasi histomorphological testis Slc10a6 wt dan ko, deteksi imunofluoresensi protein SOAT, koleksi dan analisis sperma melalui komputer (CASA), serta massa spektrometri penentuan steroid serum.

Berdasarkan uraian diketahui kecepatan spermatogenesis dipengaruhi faktor eksternal (suhu lingkungan dan TiO2 NP) dan faktor internal (SOAT). Melalui penelitian yang telah diterbitkan berbagai jurnal internasional tersebut, dapat disimpulkan mempelajari spermatogenesis mencit merupakan langkah awal pendekatan yang lebih baik terhadap pemahaman spermatogenesis manusia.